Postingan

Jurnal Puasa Pekan #3

Gambar
  Hi, buddy. Semoga engkau berkabar baik selalu ya. Entah itu di hati maupun di bodi. Terimakasih surat cintanya. Sudah kubaca dan, I've said… "Loh, kok sama!" Hihihi. Buddy bilang kalau pekan ini mengalami kelelahan dan sedang tak ingin bercerita banyak. Sama, hari ini aku juga begitu. Rasanya jatah berkata-kata sudah habis. Karena riuhnya otak memproduksi kata kata, sekaligus usaha meredam emosi negatif karena kenyataan yang terhampar. Ohya, Buddy tanya aku ikut apa? Bukannya aku sudah cerita? Oke, aku akan bercerita lagi. Betapa skenario Allah itu sungguh luar biasa untukku. Jadi,ketika harus menjalani tantangan tahap kepompong, kebetulan saya dapat tawaran. Yaitu bekerja dalam tim optimalisasi website dari sebuah biro wisata. Teman sekolahku yang mengajak. Dia berperan sebagai tukang menaikkan rating di mesin peramban, sedangkan aku bertugas menulis copy dengn memperhatikan SEO. Namun, aku tidak boleh meninggalkan style menulisku, yang oleh temanku tulisanku disebut a

Sakit Gigi dan Dosa yang Berguguran di Bulan Ramadhan

Gambar
  Rasanya, duhh… Benar deh kata lagu, daripada sakit gigi lebih baik sakit di badan semuanya pergi. Ehh… Gigi geraham saya sakit lagi pagi ini. Setelah diam dan tenang selama dua bulanan. Sekarang nyeri lagi. Semakin menjadi, rasanya tak kuasa menahan tangis. Awalnya meringis. Lama kelamaan keluar air mata hingga akhirnya menggerung pelan.  Ada malu menelusup. Si kecil yang sedang bermain di dekat saya, menoleh takut. Saya sebenarnya tak ingin menangis di depannya. Namun keinginan ini kalah dengan nyeri yang menusuk lubang di gigi. Ya Allah… Saya pun dengan sadar menangis tersedu sedan. Berharap hal ini bisa mengurangi rasa sakit. Si kecil terlihat tetap bermain dengan sesekali menoleh melihat 'ekspresi menegangkan' ibunya. Saya paham, dia sedang bingung. Ingin menolong, tapi tak tahu harus berbuat bagaimana. Akhirnya dia tetap berada di dekat saya, namun tak berani menyentuh. Semakin tak kuasa, saya mengambil ponsel dan menelepon suami, yang masih mengantar si sulung. Saya ing

Sudahkah Bersyukur atas Dua Nikmat?

Gambar
 Kemarin malam adalah tarawih pertama saya di Jember untuk tahun ini. Suasananya syahdu. Beratap langit, bebas merasakan hembusan fasilitas pendingin alami. Saya berangkat bersama si bungsu. Dia bersemangat sekali, karena tahu akan bertemu dengan teman-temannya. Maklum, sudah sepekan kami bepergian. Jadi si bungsu yang berusia lima tahun ini sudah tak sabar bertemu 'geng'nya. Apalagi dia menggenggam mainan baru, siap untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai:D Kami tak perlu menempuh jarak jauh. Sebab musholla tempat sholat tarawih, hanya berjarak tiga rumah. Jadi kami berjalan santai saja. Sesampainya di sana, shaf perempuan yang berada di luar ruangan mushola, sudah berlapis-lapis. Saya pun akhirnya memilih shaf paling belakang. Saat sholat hendak dimulai, datang seorang wanita sepuh dan langsung menggelar sajadah di samping kiri saya. Usianya sekitar delapan puluhan, namun perawakannya masih tegap dan jalannya tegas. Yang menarik perhatian saya adalah ketika sujud. Beliau m

Puasa Pekan #2, Tidur Tepat Waktu dan Perbekalan Menulis Cukup

Gambar
Alhamdulillah, pekan kedua sudah usai. Saatnya libur puasa dan merefleksikan apa yang telah dilakukan. Pekan kedua puasa saya sungguh berwarna warni. Sebagaimana warna badge yang saya dapat. Nyaris lengkap, tidak hanya warna tunggal saja. Diawali dengan melanjutkan kebiasaan di rumah, Alhamdulillah sudah terbiasa menulis sesuai target. Pun untuk bangun dini hari. Dan tidur sebelum pukul 22. Tantangan kemudian meningkat. Bulan ramadhan datang dengan tugas berupa masak sahur untuk saya. Jadilah saya harus bangun lebih awal lagi. Supaya bisa memiliki waktu untuk menulis juga memasak. Hari pertama lancar saja bangun pukul 01, dan tidak tidur setelah shubuh. Ternyata keesokan harinya, saya mengalami ngantuk akut di saat bangun tidur. Maka perjuangan sebenarnya adalah melawan rasa kantuk yang menggoda, supaya tetap bisa menulis. Dan saya kalah beberapa kali di poin ini. Akhirnya saya menurunkan standar. Meski itu artinya tujuan puasa syaa tak tercapai. Yaitu proses menulis saya tidak harus s

Berpuasa Tidak Bangun Molor

Gambar
Target tantangan 30 hari  Alhamdulillah, ini hari pertama 'hari raya' alias break puasa tahap kepompong di pekan pertama. Seperti biasa, saya bangun sebelum shubuh dan membuat jurnal puasa ini. Sebelum ke jurnal, saya ingin bercerita panjang lebar tentang rencana tahap kepompong yang saya tetapkan di awal (dan baru disebar luaskan sekarang😆). Jadi, sesuai peta belajar, saya memilih menulis di pagi hari sebagai  'tantangan' selama tahap kepompong. Tantangan yang harus ditaklukkan dengan berusaha menghilangkan rintangan- rintangan melalui jadwal puasa pekanan. Oke, lebih lengkapnya, saya menargetkan minimal 300 kata per hari. Jika diakumulasi, nanti di akhir tahapan saya punya 900 kata. Dari semua tulisan itu, saya berharap ada minimal 20 tulisan jenis copy writing. Mengapa tidak semua aja? Karena ternyata, menulis copy lebih membuat saya berkerut. Saya masih butuh jeda dari kerutan dengan menulis bebas atau menulis fiksi. Hehehe. Qodarullah, berbarengan dengan sesi tant

Widi Utami, Mengubah Halangan Menjadi Tantangan

Gambar
  Sebagaimana pada semua lawan bicara, kita harus bersikap santun. Itu adalah salah satu cara berterima kasih. Karena di setiap interaksi pasti ada hikmah kehidupan yang bisa kita tuai. Dengan memberi makna pada setiap perjumpaan, satu upaya saling mendukung telah terlaksana. Ini sesuai pula dengan ciri wanita, suka mendengar juga suka menyemangati.    Adalah Widi Utami, seorang penyandang HoH, Hard of Hearing. Beliau adalah salah satu messenger alias pembawa pesan kedamaian dalam rangkaian Bootcamp Duta Inklusif yang digagas oleh Gerakan Ibu Inklusif.  Wanita yang mengalami HoH sejak usia empat tahun ini memiliki sedikit sisa pendengaran. Beliau masih bisa mendengar suara keras seperti petir, knalpot sepeda yang keras. Mbak Widi tidak bisa mendengar suara yang pelan seperti rintik hujan dan dengungan nyamuk.  Teman difabel Tuli atau HoH seperti mbak Widi sangat tergantung pada gerak mulut, namun kuat di visual. Karena itu butuh cara khusus untuk berbicara dengan mereka. Yaitu: Saat me

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Gambar
  Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, masing-masing ciptaan-Nya memiliki potensi menjadi yang terbaik dalam dirinya. Maka adalah salah jika membandingkan satu dengan yang lain. Karena bahkan sepasang anak kembar pun pasti tidaklah sama. Semua makhluk punya ciri masing-masing.  Inilah yang diharapkan dalam lingkungan kita. Pemahaman tersebut kemudian bisa menumbuhkan sikap tenggang rasa dan saling memahami. Memberi ruang kepada siapapun untuk berkembang dan belajar.  Sikap inklusivitas tidak memandang sebuah golongan itu lebih unggul dibandingkan yang lain. Lingkungan Inklusif akan membuat hubungan antar manusia menjadi lebih ramah. Saling menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saling mendukung tercapainya prestasi individu. Rasa damai dan harmonis akan menguasai relung kehidupan. Wanita atau ibu adalah sosok yang memegang peran penting dalam menjaga semangat inklusivitas. Seperti bagaimana dia mempersiapkan buah hatinya untuk berkipr