Berpuasa Tidak Bangun Molor





Target tantangan 30 hari 

Alhamdulillah, ini hari pertama 'hari raya' alias break puasa tahap kepompong di pekan pertama. Seperti biasa, saya bangun sebelum shubuh dan membuat jurnal puasa ini. Sebelum ke jurnal, saya ingin bercerita panjang lebar tentang rencana tahap kepompong yang saya tetapkan di awal (dan baru disebar luaskan sekarang😆).


Jadi, sesuai peta belajar, saya memilih menulis di pagi hari sebagai  'tantangan' selama tahap kepompong. Tantangan yang harus ditaklukkan dengan berusaha menghilangkan rintangan- rintangan melalui jadwal puasa pekanan.


Oke, lebih lengkapnya, saya menargetkan minimal 300 kata per hari. Jika diakumulasi, nanti di akhir tahapan saya punya 900 kata.


Dari semua tulisan itu, saya berharap ada minimal 20 tulisan jenis copy writing. Mengapa tidak semua aja? Karena ternyata, menulis copy lebih membuat saya berkerut. Saya masih butuh jeda dari kerutan dengan menulis bebas atau menulis fiksi. Hehehe.


Qodarullah, berbarengan dengan sesi tantangan 30 hari ini, saya mendapat tawaran menulis copy untuk pihak luar. Jadi ada teman, coach lebih tepatnya, yang mengajak untuk menerapkan kemampuan dan kesukaan demi cuan. #eh.


Saya ditawari menulis copy untuk website yang sedang dia dan timnya garap. Dia berperan sebagai teknisi optimalisasi di internet marketing, saya bagian nulisss. Jadi pikir saya, ini kesempatan berburu cuan! Eh, nganu. Berburu pengalaman lah ya.

 Toh, si coach ini juga dengan sukarela ngasi cuan. Eh cuan lagi!

Ngasi arahan dan latihan maksudnya😆


Kebetulan proyek ini dimulai bulan April, jadi saya masih dalam rangka mengumpulkan tulisan terlebih dahulu. Jadi tar saat masa itu datang, tinggal posting-posting gitu deh.


Dan ternyata benar. Menulis copy butuh perjuangan lebih dibanding sekedar menulis real life seperti ngejurnal ini, atau bahkan menulis fiksi sederhana. Bagi saya, sih…


Oke, balik ke topik utama.

Untuk strong why di sisi keberhasilan engagement pembaca, saya hanya menargetkan sebuah kenaikan saja. Insight di IG, blog, dan FB saya  mengalami peningkatan dengan tulisan-tulisan yang saya post di sana. Pun untuk proyek pengembangan website yang saya jelaskan tadi, semoga bisa mengalami peningkatan juga. 


Untuk membantu melihat keberhasilan penaklukan tantangan yang saya pilih, berikut adalah indikator keberhasilan yang saya tetapkan bisa terjadi di akhir tantangan 30 hari.




Puasa Pekan Pertama

Untuk memperlancar pencapaian proses dan target menjalani tantangan 30 hari, saya perlu puasa. Puasa di sini maksudnya berusaha tidak melakukan hal-hal penghambat' yaitu segala perbuatan yang membuat, menulis saya terhambat. Tidak lancar. Saya harus berlatih untuk tidak melakukan hal hal tersebut.


Di pekan pertama, sejak hari Senın kemarin, saya sudah menetapkan satu hal yang ingin saya latih. Yaitu bangun pukul 02.00, maksimal pukul 02.30. Mengapa?


Karena itulah waktu optimal untuk saya menulis. Saat semua penduduk lain di rumah ini masih terbuai mimpi. 

Saya juga berusaha membuat time blocking , menulis di pagi hari sebelum shubuh. Supaya setelahnya bisa optimal mengerjakan kegiatan domestik sebagai ibu, istri, dan anggota masyarakat. Pengennya sih, tidak kepikiran untuk menulis lagi saat beraktivitas di pagi sampai malam hari. 



Tujuan lainnya adalah membiasakan untuk bangun di waktu sahur. Bentar lagi ramadhan. Si ibuck ini harus lihai bangun pagi untuk nyiapin sahur, sekaligus udah menumpahkan jatah berkata-kata setiap harinya. 


Ternyata eh ternyata. Proses 'berpuasa' tidak semudah menuliskan target dan rencana di kertas. Ada banyak halangan untuk bisa mahir melakukan hal yang diinginkan. Saya masih beberapa kali bangun tidur lebih dari pukul 2.30. Masih pula tiba-tiba mengantuk di tengah-tengah menulis. Penyebab utamanya adalah tidur terlalu malam sebelumnya. Jadi, pekan kedua InsyaaAllah saya akan berlatih untuk tidur malam dengan baik saja.


Saya pun beberapa kali menulis, memang jumlah katanya sudah lebih dari 300. Namun saya belum mengakhiri tulisan saat masa menulis yaitu adzan shubuh berkumandang. Jadi tulisan saya masih belum tuntas. Kalau sudah begini, saya belum bisa menolak untuk tidak memikirkan naskah sepanjang hari. Rasanya tiap ada kesempatan ingin merampungkan tulisan. Walhasil saya jadi suka pegang-pegang ponsel.


Ini yang membuat di hari kedua berpuasa, suami menyembunyikan ponsel saya. Karena dia protes dengan tingkah laku saya yang dikit-dikit buka ponsel. Hiks. Padahal saya merasa sudah mengurangi frekuensi pegang ponsel. Mungkin suami pas lihat saya kok pas pegang ponsel gitu yak. Pas pegang lainnya dia tidak memperhatikan-_-. Ya sudah biarlah, pokoknya ponsel udah dikembalikan. Dan ini jadi masukan buat saya untuk menambah topik berlatih di pekan-pekan berikutnya. 

Yaitu bisa mudah move on walau tulisan belum rampung. Termasuk segera sholat shubuh dan meninggalkan tulisan ketika adzan shubuh berkumandang.


Well, kesimpulannya, puasa pekan pertama sudah berlalu dengan menyiratkan kepuasan. Dari sana saya belajar banyak, bahwa untuk bisa menulis pagi-pagi ternyata ada banyak lagi faktor pendukung yang bisa saya atur. Semisal untuk pekan kedua, saya menetapkan untuk puasa tidak tidur di atas pukul 22.00 dengan catatan sudah ada bekal catatan akan menulis apa di esok harinya. 




Untuk kali ini saya menggunakan Facebook sebagai tempat untuk memajang portofolio perjalanan di tahap kepompong. Saya bisa mengakses dan menambahkan postingan dengan lebih mudah dan simpel.


Bismillaah, semoga Allah memberi kemudahan.


NB: di masa akhir puasa pekan ini, Alhamdulillah, ada kesempatan untuk berkomunikasi dengan buddy. Kami saling bertukar surat cinta. Itu saja. Lumayanlah, rindu yang menggelora bisa terbasuh sebagian. Karena biasanya, tiap hari kami intens berkabar via WA. Di tahap kepompong ini, hawanya bisa nular ke kehidupan pertemanan kami di dunia nyata. MasyaaAllah, keren deh tim Buncek ❤️

Terimakasih Magika dan tim kunang-kunang!

Tak lupa, terimakasih pula my Buddy!❤️❤️





Eva,

28 Maret 2022


#institutibuprofesional

#hutankupucekatan

#tahapkepompong

#jurnalpekan1









Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing