5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

 

Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, masing-masing ciptaan-Nya memiliki potensi menjadi yang terbaik dalam dirinya.


Maka adalah salah jika membandingkan satu dengan yang lain. Karena bahkan sepasang anak kembar pun pasti tidaklah sama. Semua makhluk punya ciri masing-masing. 


Inilah yang diharapkan dalam lingkungan kita. Pemahaman tersebut kemudian bisa menumbuhkan sikap tenggang rasa dan saling memahami. Memberi ruang kepada siapapun untuk berkembang dan belajar. 


Sikap inklusivitas tidak memandang sebuah golongan itu lebih unggul dibandingkan yang lain. Lingkungan Inklusif akan membuat hubungan antar manusia menjadi lebih ramah. Saling menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Saling mendukung tercapainya prestasi individu. Rasa damai dan harmonis akan menguasai relung kehidupan.


Wanita atau ibu adalah sosok yang memegang peran penting dalam menjaga semangat inklusivitas. Seperti bagaimana dia mempersiapkan buah hatinya untuk berkiprah di lingkungan. Layaknya ibu itu melakukan hal yang sama sebagai tauladan bagi anak-anaknya. Tak kalah penting adalah bagaimana ibu menganggap dirinya istimewa. Menyadari potensi dirinya dan mencintai dirinya sendiri sehingga merasakan kebahagiaan berlebih dalam dirinya. Maka ibu tunggal, ibu dengan keterbatasan fisik, ibu dengan keterbatasan mental, ibu dengan anak berkebutuhan khusus, dan kondisi lain seorang wanita, adalah tidak berbeda. Mereka sama-sama memiliki hak untuk berkembang dan dihargai oleh orang di luar dirinya.


Sayangnya, Indonesia dengan Bhinneka tunggal Ika nya justru masih gagal dalam pengaplikasian saling menghargai perbedaan. Lihat saja meningkatnya angka KDRT, perceraian, perundungan, tidak meratanya pendidikan, dan lain sebagainya. Semakin naik dari waktu ke waktu.


Lingkungan Inklusif menjadi semakin semu. Meskipun telah dicanangkan program peduli disabilitas. Namun permasalahan dari dasar belum beres. Yaitu bagaimana tiap-tiap manusia membekali dirinya untuk tidak mengkotak-kotak lingkungan. Beginilah cara menciptakan lingkungan inklusif yang penuh sikap saling menghargai satu sama lain. Penuh kesadaran, mari kita lakukan dengan hati yang bahagia.


1. Memahami sudut pandang yang berbeda



Dengan memahami bahwa tidak ada yang sama di muka bumi ini, kita senantiasa berfikir dari berbagai sudut dalam menyikapi sebuah permasalahan. Yaitu saat kita berhubungan dengan orang lain. Tiap orang pasti punya pandangan dan pendapat yang bisa jadi berbeda dari kita. Jadi kita harus terus melatihkan sikap mau berfikir dan merasakan lebih lama, bahwa orang lain tidak sama dengan kita.


2. Percaya bahwa semua orang terlahir dengan derajat yang sama



Setiap bayi yang lahir adalah selembar kertas putih. Allah menciptakan mereka sama dalam hal hak dan kewajiban ilahiyah. Tinggal bagaimana kemudian orang tuanya menjadikan mereka berbeda dalam kehidupan. Jadi manusia sebenarnya memiliki derajat yang sama. Sama- sama memiliki hak untuk dihargai dan dihormati. Walaupun di masa dewasa mereka berbeda pekerjaan dan status sosial


3. Mencoba memahami latar belakang setiap orang



Setiap manusia tumbuh diiringi dengan berbagai faktor dalam hidupnya. Seperti pola asuh, kondisi perekonomian, lingkungan, bahkan oleh apa yang dibaca dan dipelajarinya, serta lainnya juga. Semua faktor ini membentuk laku dan fikirnya dari hari ke hari. Karena tidak ada yang sama dengan orang lain, ini menyebabkan manusia berbeda satu sama lain. Sehingga wajib kiranya rasa saling menghargai atas perbedaan faktor-faktor pembentuk diri dan sikap setiap orang.


4. Percaya bahwa semua orang 'Sempurna' pada dirinya



Sekali lagi, manusia diciptakan dengan kondisi yang terbaik. Allah telah membekali dengan potensi masing-masing untuk bisa diasah supaya jadi unggul di kemudian hari. Tidak bijak kiranya membandingkan satu orang dengan lainnya. Sebab membandingkan sesuatu yang jelas berbeda itu percuma. Toh mereka memiliki keunggulan sendiri-sendiri yang juga diikuti oleh kekurangan masing-masing. Tidak bisa dibandingkan.


5. Berusaha memahami dan mencintai diri


Yang satu ini sering terlupakan. Di dalam derasnya usaha melakukan banyak hal untuk orang lain, kadang kita lupa mengurus diri sendiri. Mengabaikan kebahagiaan pribadi, seolah bisa menjadikan lebih bermanfaat untuk orang lain.


Padahal sebaliknya. Kebahagiaan dalam diri yang membuncah, akan menjalar ke orang lain tanpa diminta.


Begitu pula saat kita sudah kenal dan paham pada diri sendiri, akan mudah bagi kita mengambil langkah untuk memaksimalkan potensi. Secara mandiri mengatasi kekurangan diri dan memaksimalkan kelebihan diri.


Baca juga: Cara Bahagia dengan Menulis

---


Lingkungan inklusif sangat didamba untuk masyarakat yang harmonis. Karena itu perlu peran kita bersama dalam mewujudkannya.


#gerakanibuinklusif #bootcampdutainklusif #womensupportwomen #zona1bootcamp #IP4ID2022 #womenincooLABoration

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih atas tanggapannya :)

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing