Sakit Gigi dan Dosa yang Berguguran di Bulan Ramadhan

 Rasanya, duhh…

Benar deh kata lagu, daripada sakit gigi lebih baik sakit di badan semuanya pergi. Ehh…


Gigi geraham saya sakit lagi pagi ini. Setelah diam dan tenang selama dua bulanan. Sekarang nyeri lagi. Semakin menjadi, rasanya tak kuasa menahan tangis. Awalnya meringis. Lama kelamaan keluar air mata hingga akhirnya menggerung pelan. 


Ada malu menelusup. Si kecil yang sedang bermain di dekat saya, menoleh takut. Saya sebenarnya tak ingin menangis di depannya. Namun keinginan ini kalah dengan nyeri yang menusuk lubang di gigi. Ya Allah…


Saya pun dengan sadar menangis tersedu sedan. Berharap hal ini bisa mengurangi rasa sakit. Si kecil terlihat tetap bermain dengan sesekali menoleh melihat 'ekspresi menegangkan' ibunya. Saya paham, dia sedang bingung. Ingin menolong, tapi tak tahu harus berbuat bagaimana. Akhirnya dia tetap berada di dekat saya, namun tak berani menyentuh.


Semakin tak kuasa, saya mengambil ponsel dan menelepon suami, yang masih mengantar si sulung. Saya ingin dia segera sampai rumah, membantu saya mengurangi rasa sakit. Terlihat dia gugup dan tak lama berselang, dia sudah datang.


"Istighfar, Buk. Sakit ini datangnya dari Allah." Katanya sambil mengelus pipi kiri saya, dimana di dalamnya ada sumber rasa sakit.


Ingin saya menjawab, "Sudah dari tadi!" Namun saya lebih nyaman menangis pelan. Hanya hati yang terus melantunkan dzikir meminta maaf kepada Allah.


"Mokel aja, deh. Minum obatnya." Ujar suami yang nampak menahan untuk tetap sabar setelah lama melihat saya menggerung dan sesekali menggeliat menahan sakit.


Saya berfikir lumayan lama. Adalah  rukhsoh atau keringanan bagi orang yang sakit, untuk tidak puasa. Baiklah, saya batalkan puasa hari ini. Tujuan saya supaya segera tidak merasakan sakit.


Akhirnya, saya meneguk pelan-pelan air hangat yang disediakan suami. Lalu gantian, obat pun ikut tertelan. Saya ingat, sebenarnya tadi malam saya sudah minum obat yang sama. Tapi dengan niat sembunyi-sembunyi, tanpa bilang ke suami. Sebab ketika saya bilang tentang gigi yang sebenarnya sudah clekit-clekit, saran suami hanya, 'kumur air garam'. 


Karena tak sabar, harapan ingin segera hilang sakitnya, saya diam-diam meminum obat tersebut. Dengan bayangan, supaya bisa berpuasa dengan tenang. Obat itu, telah membantu saya untuk menghilangkan nyeri di sakit terakhir dua bulan lalu. Pada gigi yang sama. Semoga obat itu bisa menyembuhkan sakit kali ini. Ternyata tidak. Paginya saya terpaksa minum obat itu lagi.


Saya pandang obat di tangan. Astaghfirullah, saya merasa telah berbuat keliru. Bukan, bukan obat ini yang menyembuhkan. Allah lah yang menyembuhkan. Dua bulan lalu dengan obat ini Allah memberi kesembuhan dalam sekali minum. Kali ini berbeda. Obat tadi malam tidak ada efeknya dalam mengurangi sakit. Justru malah menjadi-jadi.


Saya luruskan niat, bismillaah, semoga Allah memberi kesembuhan melalui obat di tangan saya ini.


Suami terus mengingatkan untuk beristighfar, "Ya Allah, jika sakit ini karena kesalahanku, tolong maafkanlah salahku dan berikanlah kesembuhan atas sakitku ini," Dia terus memberi contoh.


Aku mengiyakan dan mengucapkan dalam hati sambil berusaha mengalihkan sakit. Dia pun terus mengelus sambil mengoles balsam dan merapal surat surat pendek. Gerakan tangannya kemudian seolah mengambil rasa sakit dan membuang dari pipi saya. Saya masih menangis namun lebih pelan. Si kecil entah sudah kemana, setelah tadi minta gendong bapaknya.


Kemudian saya minta es batu untuk mengompres. Alhamdulillah, setelah saya tempelkan ke bagian yang sakit, pikiran saya berangsur tenang. Saya hanya butuh terlelap, supaya tidak lagi merasakan sakit. Dengan tangan memegang es batu yang sudah dibungkus kain, saya terus menempelkan ke pipi. 


Dalam diam, saya mencoba menerima rasa sakit ini. Lalu saya tiba-tiba teringat ceramah ba`da tarawih tadi malam. Bahwa ramadhan adalah bulan Maghfiroh. Allah memberi ampunan pada setiap manusia.




Lalu saya pun kemudian teringat, bahwa sakit adalah salah satu jalan menggugurkan dosa-dosa.


Maka, mungkin sakit pagi ini adalah jalan saya untuk mencari ampunan dari Allah. Ahh, semoga saja. 


Hati pun berangsur tenang. Kemudian saya bisa lelap tertidur sampai dhuhur datang. Alhamdulillah, sakit sudah tak terasa. Tinggal imbasnya saja, sedikit-sedikit. 


Sungguh, semoga sakit gigi yang saya alami ini, benar-benar menjadi penggugur dosa-dosa saya selama ini. 


"Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya". (HR. Bukhari no. 5641)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing