Jurnal Puasa Pekan #3


 Hi, buddy.

Semoga engkau berkabar baik selalu ya. Entah itu di hati maupun di bodi.



Terimakasih surat cintanya. Sudah kubaca dan, I've said… "Loh, kok sama!"

Hihihi.


Buddy bilang kalau pekan ini mengalami kelelahan dan sedang tak ingin bercerita banyak. Sama, hari ini aku juga begitu. Rasanya jatah berkata-kata sudah habis. Karena riuhnya otak memproduksi kata kata, sekaligus usaha meredam emosi negatif karena kenyataan yang terhampar.


Ohya, Buddy tanya aku ikut apa?

Bukannya aku sudah cerita?


Oke, aku akan bercerita lagi.

Betapa skenario Allah itu sungguh luar biasa untukku.


Jadi,ketika harus menjalani tantangan tahap kepompong, kebetulan saya dapat tawaran. Yaitu bekerja dalam tim optimalisasi website dari sebuah biro wisata. Teman sekolahku yang mengajak. Dia berperan sebagai tukang menaikkan rating di mesin peramban, sedangkan aku bertugas menulis copy dengn memperhatikan SEO. Namun, aku tidak boleh meninggalkan style menulisku, yang oleh temanku tulisanku disebut artikel pilar. Tipe tulisan yang paling pas untuk sebuah tulisan copy.


Di pekan ini, tidak sama dengan pekan kemarin. Dimana aku sudah stay di Jember. Jadi tidak ada penyesuaian lagi. Alhamdulillah panjang semua tulisan lebih dari 400 kata. Aku juga berhasil merutinkan swa sunting.


Keberhasilan lainnya adalah naskahku yang sudah terbit di website mitra. Dari sini aku belajar banyak hal. Learning by doing, learning from mistakes. Saat mengunggah di awal-awal, banyak masukan baik dari temanku maupun mitra. Jadi untuk memposting satu tulisan, pun harus menyiapkan beberapa hal. 


Tulisan yang sudah sesuai PUEBI, menggunakan kalimat aktif, menyiapkan gambar yang sesuai, melakukan SEO onpage, kemudian membaca-baca artikel digital untuk bahan menulis selanjutnya.


Nah, saat browsing inilah, distraksi muncul. Jempol ini jadi mampir ke akun medsos lain. Jadinya tulisan beberapa kali kurang tuntas.


Datangnya bulan Ramadhan memang haru disyukuri. Aktivitas sahur membuat saya kewalahan menyelesaikan satu tulisan sembari menyiapkan menu sahur.


Jadinya, pekerjaan menulis tidak rampung saat terang menjelang. Walhasil, waktu tidurku kurang. Capek melanda, emosi naik turun. Bahkan di hari kelima, aku jatuh sakit karena tekanan darah drop total. Ditambah dengan sebelumnya terkena sakit gigi.


Padahal di pekan-pekan ini aku ingin target pekerjaan dengan mitra terpenuhi secara jumlah. Satu hari satu tulisan. Sampai hari ini masih belum tercukupi. Jadilah jika belum menulis, ada rasa ingin segera memegang ponsel dan menulis.


Karena itu, seperti yang kubilang tadi, untung tahap kepompong datang beriringan dengan tawaran menulis copy sebenarnya. Jadinya aku bisa benar-benar bisa bekerja dan belajar.


Itulah mengapa Buddy menyebut apa yang kukerjakan totalitas. Karena ada tanggung jawab beneran di situ.


Untuk pekan terakhir, dengan melihat kondisi pekan ini, InsyaaAllah aku akan berpuasa untuk tidak scrolling IG yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan amanah di IP. Karena ini yang lumayan menjadikan rentang menulisku melambat.




Buddy,

Sama, aku juga pada akhirnya merasa ruwet dengan kata-kata yang berseliweran. Aku pernah sampai tidak kuasa membuat caption yang diminta teman, karena seperti mabok kepayang terkena rentetan kata-kata bertema wisata.


Bagaimana denganmu?

Apa ceritamu?

Duh, bentar lagi semua ini berakhir. Dengan saling berbalas WA bersamamu, pasti bisa jadi semacam rekreasi kata. Hahaha..


Eniwei, kali ini suratku untukmu lebih panjang. Aku benar-benar ingin refreshing dengan membiarkan jempolku mengetik semaunya. Tak perlu lagi melihat daftar keyword, tak butuh lagi mencocokkan dengan tulisan lain. Seperti apa yang kulakukan saat menulis copy.


Harapannya sih, habis ini aku bisa menulis untuk pekerjaan lagi.


Kusertakan satu penyemangat untuk kita berdua yaa. Semoga bisa menjadi cambuk untuk semangat menulis kita berdua. See ya so on, Buddy!



Eva,

19 April 2022


#institutibuprofesional

#hutankupucekatan

#tahapkepompong

#jurnalpekan3









Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing