My Buddy and Me



 Jika bergerak sendiri, memang nampak berat. Bahkan bisa jadi memang jauh dari kemudahan. Untuk itu, sistem pertemanan bisa jadi jawaban.


Bergerak bersama seolah mengubah hil yang mustahal (eh, kebalik) menjadi solusi untuk hadapi tantangan. Karena itulah, Buncek men-setting mahasiswi nya untuk merasakan apa yang disebut 'buddy system'.


Di pekan kedelapan ini, tak kalah seru dengan sebelum- sebelumnya. Banyak cerita yang membuat ngikik bin ngakak tentang pilih memilih teman belajar. Ada yang kebingungan cara melamar, ada yang sampai benar-benar dikira sedang mencarikan istri kedua untuk suaminya. Hahaha.


Sebaliknya, rasa baper juga muncul. Ketika ternyata ada kisah tentang penolakan tak beradab dan PHP. Namun Alhamdulillah, semua berujung indah, tiap mahasiswa memiliki pasangannya.


Ya, kami akan berpasangan dalam menempuh tahap selanjutnya. Yaitu tahap kepompong. Fungsi 'buddy' adalah sebagai teman seperjuangan. Saling menyemangati, saling mengisi Tanki bahagia masing-masing. Meskipun dalam selongsong masing-masing, diharapkan pasangan ulat tetap kuat untuk tumbuh menjadi kupu-kupu dengan versi terbaik masing-masing.


Bicara masalah buddy saya, tak kalah seru juga. Saya tak mau tunggu lama dalam mendapatkannya. Saya tahu diri, sepertinya saya tak akan dilamar. Hehehe. Maklum, saya orang yang tak banyak dikenal. 


Seketika setelah tahu harus cari buddy, saya langsung nembak duluan! Gengsi ? Tidak!


Demii kelanjutan yang baik, selama dilakukan dengan elok, kenapa tidak?


Awalnya saya sudah terlibat percakapan WA dengannya. Bahas yang lain. Dengan bahasa semau kami. Lalu tiba tiba, secara sengaja, saya mengajukan lamaran dengan bahasa formal dan sesuai PUEBI (Psst… Karena dia jago berbahasa sesuai kaidah loh! :D)


Silakan senyum


Apa saya yakin bakal dia terima?

Nope.

Karena ada ketakutan tidak diterimalah, maka saya nekat melamar duluan!

Secara dia lebih ramah dan terkenal daripada saya. Hehehe.


Dan, inilah buddy kesayangan saya!


Allah menggariskan saya bertemu dengannya karena bareng di kelas matrikulasi IP. Namun karena saya belum on fire kala itu, jadi tidak memperhatikan. Hanya tahu kalau ada yang dipanggil 'kak Ros', sebagaimana panggilan salah satu tokoh di film Upin Ipin. Kemudian kami bertemu lagi saat di rumbel literasi. Kebetulan kami berdua plus pengampu rumbel yang 'ngrameni' wag. Sebab merasa sama- sama begitu cinta dengan buku.


Nah, saat wisuda matrikulasi dia menyapa saya. Itulah kesan yang saya simpan pertama kali. Ada seseorang yang benar- benar mau menjadikan saya teman! Asyiik!


Kerekatan kami berlanjut dengan saling pinjam - meminjam buku. Hingga jadilah kami saling bocor satu sama lain. Curhat curhatan sebagai sama- sama emak- emak yang tinggal bersama mertua (ups!), tentang kekurangan kami mengasuh anak, tentang kemajuan kami berliterasi, dan lainnya.


Pokoknya, saya bersyukur ada kak Ros dalam hidup saya. Memang usianya terpaut lebih dari tiga angka di bawah usia saya. Namun kedewasaannya terkadang mampu menghapus sifat kekanak- kanakan saya. Saya ingat betul bagaimana dia memberi solusi atas permasalahan yang saya curhatkan. Dia meminta saya untuk berdoa, mohon kekuatan pada Sang Maha Kuat. MasyaaAllah, nyess rasanya!


Di samping segala masukan yang dia sampaikan dengan gaya santuy nan apa adanya, dia patut mendapat acungan jempol dalam urusan menulis. Dia memilih kehidupan yang dipenuhi dengan deadline. Dia suka event menulis harian. Berturut- turut, seolah tak pernah lelah. Tulisannya pun semakin bikin gemasss. Gemas karena saya semakin tak bisa berkelana dalam imajinasi seliar tulisannya.


Walhasil, saya sebenarnya pengen berontak saat dia masih saja memanggil 'suhu' pada saya. Wong ya dia lebih pantas untuk jadi guru dan saya muridnya. Tapi hal ini belum pernah saya sampaikan sampai hari ini. Hehehe. Biar saja, itu jadi tanda sayang dia ke saya.


Karena merasa tak mampu berimajinasi dalam tulisan fiksi, akhirnya saya memutuskan memisahkan diri dari kak Ros. Dengan meletakkan kata 'non' dalam pilihan topik belajar di kelas Buncek.


Nah, dengan menjadikan ibu- ibu yang membuat saya semakin mabuk kepayang dengan novel Tere Liye ini sebagai buddy, harapan saya tak perlu penjajakan dulu. Kami sudah klik jauh sebelum jadi pasangan belajar. Dengan dunia literasi yang sama- sama ingin kami tekuni.


Dari curahan rasa yang saya nikmati dari jurnal di blognya, saya tak menemukan apa sebenarnya ilmu yang belum dia kuasai. Dalam topik yang dia pilih yaitu literasi fiksi. Saya hanya menemukan faktor- faktor di luar, semisal manajemen waktu. 


Ingin hati memberikan bekal sebuah ilmu tentang manajemen waktu. Namun saya kesulitan, sebab sayapun belum menguasai. Akhirnya di sela- sela diskusi, saya mengetahui apa yang dia butuhkan. Yaitu bagaimana membangun karakter tokoh cerita. Segera saya ramu, dengan berbekal pengalaman saya pribadi. 


Sebenarnya, saya ingiiin sekali memberinya amunisi untuk terus melaju menapaki semua deadline harian yang secara sadar dia pilih sendiri. Saya berencana memberinya panduan MPASI, sebab bulan depan putri keduanya sudah saatnya makan. Namun kok ya tidak mudah. Ah, biarlah, dipending dulu. Begitu juga, saya ingin meramu sajian khusus, yaitu manajemen waktu ibu menyusui. Sudah dapat bahannya, tapi tidak jadi. Jangan- jangan dia sudah lebih paham. Tar saja lah, buat bahan diskusi- diskusi ringan kami, setiap hari. 


Akhirnya saya memilih memberinya hadiah yang memang dia butuhkan. Seperti apa yang saya sebut di atas, yaitu penokohan cerita. Dan satu lagi, yaitu tutorial menggunakan google lens untuk menulis cepat dan banyak. Saya kemas dalam video pendek hasil tangkapan layar dan rekaman suara dadakan. Durasinya singkat, karena sesuai pengakuannya, dia tak cocok belajar dengan menyimak video panjang-panjang. Alhamdulillah, semoga membantu


Selain dua kado di atas, saya juga berjanji pada diri sendiri, untuk membungkus jiwa raga ini. Lalu memberikannya dengan bahagia kepada kak Ros. Supaya dapat menjadi support system nya dalam mengarungi tahap kepompong sebentar lagi.


Doa, menjadi teman diskusi, adalah senjata yang saya persembahkan untuk buddy saya tercinta, kak Ros si Librocubicularist (golongan orang yang suka banget membaca sambil tiduran. Duh, kondisi yang saya rindukan!)


#institutibuprofesional
#hutankupucekatan
#tahapulat
#mybuddyandme





Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing