Olah Rasa si Ulat


 Gamifikasi di perkuliahan bunda cekatan memang teOpe. Benar- benar berasa bermain yang tak main- main. 


Jika Anda belum tahu, bunda cekatan adalah tahap ketiga setelah kelas matrikulasi dan bunda sayang. Kesemua kelas di komponen institut memang menganalogikan proses belajar dengan event bermain. Sebab bermain identik dengan rasa bahagia dan bermain selalu dikerjakan dengan sungguh alias tidak main- main.


Sebelumnya saya sudah menyelesaikan tahap telur dengan komplit. Menyelesaikan empat tugas lengkap. Sekarang saya telah menyelesaikan tahap ulat- ulat. Lalu bersiap untuk mengarungi tahapan selanjutnya, kepompong dan kupu- kupu. Tujuan perkuliahan bertajuk bunda cekatan ini adalah supaya setiap wanita mampu tampil dalam versi terbaik pada diri masing- masing. Dengan melakukan metamorfosis, from nothing to be 'penting'.


Di tahap ulat, layaknya kehidupan sebenarnya, tugas utamanya adalah makan. Namun tidak sembarang makan. Supaya ulat tidak kesusahan bergerak, dianjurkan untuk lebih selektif memilih makanan. Ulat di sini adalah perumpamaan dari mahasiswa, termasuk saya. Dan makanan ulat adalah ilmu yang telah dipilih secara mandiri oleh kami, di tahap telur.


Menarik tapi tidak tertarik, adalah mantra yang digunakan pada proses melahap makanan alias belajar di sini. Banyak sekali bertaburan berbagai macam topik ilmu. Untuk menjadi cekatan, seekor ulat harus tahu mana yang lebih mendesak, mana yang lebih penting, dan mana yang lebih dibutuhkan, sesuai diri masing-masing.


Berbagai cara mencari makan 'dipaksakan' sebagai tugas di sini. Dengan mengutamakan adab, para peri dan kunang-kunang (istilah untuk pendamping belajar) meminta kami menggali ilmu beberapa teknik. Yaitu membaca baik buku fisik maupun bacaan digital, membuat podcast sekaligus mendengarkan rekaman audio ilmu, mempresentasikan secara live di FBG (fitur baru dari fesbuk) juga menyimak rekaman audio visual interaktif. Kesemua teknik itu kemudian harus dirangkum dan dilaporkan dalam bentuk jurnal. 


Satu lagi teknik yang tak kalah seru adalah dengan saling memberi hadiah pada teman yang sebelumnya tak pernah kami kenal. Di sini saya menyadari, bahwa di sini tak hanya butuh kecerdasan interpersonal juga kekuatan logika. Tapi saya juga harus mengolah rasa, menajamkan kecerdasan interpersonal. Bagaimana mendahulukan empati, merasakan apa yang bisa jadi dirasakan orang lain. 


Sebelumnya  nyaman saja melahap dan merangkum ilmu yang memang saya sukai dan saya butuhkan. Nah, ketika di tugas ini, saya harus melahap ilmu yang di luar 'diri saya'. Lebih ribet, tapi jadi menyenangkan saat membayangkan apa yang bakal orang lain rasakan. Ketika menikmati hadiah dari kita.


Tak sadar, sebenarnya kami sedang distimuli untuk belajar dengan cara mengajarkan pada orang lain. Sebagaimana games atau tantangan yang harus diselesaikan di tiap pekan. Itu nampaknya sebuah stimulus, untuk kami bisa menemukan cara kami sendiri. Dalam belajar, dalam beraktivitas sehari- hari. Untuk mengasah potensi diri, dengan cara kami sendiri. Seperti saya yang menemukan bahwa belajar paling maksimal dengan cara membaca kemudian membuat rangkumannya kembali. Jika terpaksa harus audio visual, saya perlu selembar kertas dan sebuah pulpen untuk menuliskan poin- poin pentingnya. Sayapun sangat antusias jika diminta mengajarkan atau mengemas dan memberikan kembali apa yang telah saya pelajari.


Saya pribadi merasa, dari pekan ke pekan tantangan semakin beragam. Maka butuh manajemen waktu di dunia nyata untuk menaklukan tantangan. Saya yang menikmati proses belajar ini, merasa tak hanya semakin terasah atas kemampuan yang ingin saya pelajari dalam peta belajar. Tapi juga pada bagaimana mengatur waktu dan tenaga di kehidupan sehari- hari. 


Meski masih belum sempurna cekatannya, minimal saya merasa bahagia dengan proses ini. Justru ketika selesai masa tantangan, hari- hari terasa hampa. Hehehe.


Terima kasih Magika (pengampu pembelajaran di level bunda cekatan), terima kasih peri dan kunang- kunang. Terima kasih pula pada semua teman di grup, di keluarga non fiksi, juga teman- teman di camping ground hutan pinus. Semoga Allah memberkahi setiap kegiatan yang kita lakukan dalam rangka menuntut ilmu dan memperbaiki diri ini. Aamiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing