Berpetualang dalam Goa Hutan Petualangan


Tantangan dalam Kegelapan
 

Gemeessss! MasyaaAllah bener deh, Magika dan kunang-kunang ini. Selalu memberi tantangan di setiap kesempatan. Pekan ini, dengan gamifikasi goa hutan petualangan, kami ditantang untuk belajar dari suara-suara. Karena yang namanya gua, adanya hanya gelap gulita dengan suara yang menyengat. 


Karena itu, teknik belajar pekan ini adalah dengan membuat rekaman audio. Banyak yang heboh, termasuk saya. Karena harus membuat akun podcast. 


Sedangkan, yang harus dijabarkan adalah potluck pekan lalu. Padahal potluck saya kemarin adalah tentang PUEBI. Maka saya tak bisa hanya mengandalkan suara. Perlu visualisasi untuk memberikan contoh kesalahan dan pembenaran berbahasa di media sosial.


Merekam Suara

Diawali dengan membuat skrip. Saya mencatat semua kata yang akan saya ucapkan. Menghindari jeda tak bermakna. Ketika mencoba merekam, ternyata semua skrip yang saya baca, butuh waktu sepuluh menit! Rombak, rombak, rombak… Dari enam bahasan, akhirnya hanya tiga yang saya tampilkan. 


Pun saat menggunakan aplikasi. Akhirnya saya menggunakan kinemaster, bukan anchor atau recording sebagaimana rencana awal. Baru 50% pengerjaan, saya terserang demam dan tensi ngedrop. Hingga hanya bisa berbaring. Tidak bisa meneruskan mengerjakan. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempermudah. Audio sekaligus ilustrasi video plus lembar pembahasan telah sempurna jadi.


Silakan menikmati Karya Audio Visual saya kali ini


Makananku Pekan ini

Selain membuat, saya dan teman-teman juga harus mencari sumber belajar atau makanan berupa audio. Baik itu dengan mencari di goa hutan petualangan ataupun di luar. Karena ingin memasang kaca mata kuda, saya mencari yang sesuai dengan kebutuhan alias peta belajar. Mencari di goa tidak ada, saya langsung meluncur ke podcast milik Dewa Eka Prayoga.


Dapatlah satu edisi, berjudul Indikator Konten yang Bagus.

Eps 57 Indikator Konten yang Bagus


Dari sana saya mendapat pelurusan dari pemahaman yang keliru. Sebelumnya saya mengira copywriting sama dengan konten di media sosial. Ternyata tidak begitu. Copywriting adalah iklan dan pastinya berujung pada penjualan. Sedangkan konten adalah pembahasan yang diangkat, dan tidak berujung pada penjualan. 


Konten berujung pada engagement atau kebutuhan target market. Konten ini pula yang menjadi penghubung antara perusahaan dengan costumer. Jadi, siapapun yang akan melakukan digital marketing, wajib membuat konten.


Cara membuat konten yang baik adalah dengan mencoba semua jenis postingan. Semisal tentang tips, tutorial, dan sebagainya. Kemudian nanti bisa dilihat insight nya, postingan jenis apa yang paling tinggi engagement nya. Apa saja engagement itu? Misal like comment n share jika pada Instagram. Atau like n subscribe pada you tube.


Konten yang baik adalah yang mewakili kebutuhan target market serta merupakan apa yang kita bisa dan kita suka. 


----

Menangkap Cahaya dalam Kegelapan Goa

Belajar dengan mendengarkan sebenarnya bukan 'guwe banggggettt'. Kalau pun

diharuskan, saya harus memvisualisasikan dalam tulisan ataupun coretan. Jika tidak, saya

akan merangkumnya sendiri.


Di zaman belajar online seperti ini, memang sih saya sering ikut dan hampir semuanya saya

lakukan dengan memaksimalkan pendengaran. Tangan dan mata terfokus pada yang lain.


Maksimal?

Tidak juga. Hehehe. Saya hanya bisa mengingat apa yang penting. Itupun jika saya

memutar beberapa kali dalam ingatan.


Nah, di pekan ini, ketika sudah sampai di goa petualangan, sumber belajar kami adalah

suara dan cahaya. Maka teknik belajar kami adalah mendengarkan dengan seksama.


Ketika telah terjadi pengumpulan potluck alias ilmu yang dikuasai dalam masing-masing

album, saya dan teman-teman harus memilih tiga sumber belajar. Berupa rekaman audio

pastinya. Baik itu melalui podcast maupun audio visual.

Walau memang sudah gelap, kacamata kuda harus tetap dipasang. Sebab flyer judul

podcast yang ada nampak menarik untuk diputar. Itu baru yang se-album. Belum yang

album lain. Jika tidak ingat peta belajar, bisa- bisa habis waktu kami untuk mempelajari apa

yang seharusnya tidak dipelajari. Mantra Menarik tapi Tidak Menarik harus terus digenggam.


((Ehh, tapi kalau jurnal ini udah selesai, bolehlah, saya ndengerin yang lain-lain. Buat

pengisi hari yang isinya ngantuk melulu ini.))


Oke, back to my channel. Hehehe.

Dari sekian banyak, inilah tiga cahaya yang saya dapatkan.


Cahaya tentang Artikel Berujung Cuan

Pertama adalah podcast milik mbak Talitha Rahma dari IP Jakarta. Judulnya adalah

'Bagaimana Dapatkan Uang dari Menulis Artikel'

Mbak Talitha yang merupakan blogger ini menggunakan buku dari master mombloggler, bu Indari Mastuti yang berjudul '10 juta Pertama dari Menulis. Panduan Praktis Pemula untuk Berbisnis dengan Menulis. Sebenarnya ada delapan tips. Namun mbak Talitha menyampaikan dengan apik, hanya lima dalam podcastnya ini. Yaitu

1. Buat daftar media apa saja yang yang menjadi target kita. Kemudian kenali

media tersebut.

Lihatlah cara media tersebut menyampaikan berita, apa saja macam beritanya, juga bagaimana gaya bahasa yang digunakan  media dalam menyampaikan informasi.

2. Buat artikel sesuai kerangka dan gunakan gaya bahasa kita sendiri. Namun kita harus tetap

melakukan penyesuaian dengan gaya bahasa media yang dituju

3. Buatlah target kira-kira berapa artikel yang akan kita selama 1 hari, 1 pekan, atau 1 bulan.

4. Jangan takut ditolak. Terus saja  mengirim artikel ke media- media yang kita tuju.

Supaya kita bisa dikenal sebagai penulis artikel yang produktif dan

pantang menyerah

5. Misal ada penolakan atau artikel tidak dimuat, kita bisa

menghubungi pihak media tersebut untuk meminta masukan atau saran serta kritik. Hal ini dimaksudkan agar jadi bahan evaluasi dan perbaikan tulisan artikel kita berikutnya.



Tips kelima inilah yang menarik bagi saya. Penting memang. Agar kita bisa terus berbenah, dengan spesifikasi apa yang diinginkan media sasaran kita. Namun saya belum berani melakukan. Hehehe.


Podcast mbak Talitha ini mendukung peta belajar saya. Karena itu saya menjatuhkan pilihan pertama padanya. Ternyata memang tak hanya kemasannya bagus. Isinya juga menarik. Yang bikin saya kagum, hal sepadat di atas, hanya disampaikan dalam dua menit saja! Mantap. Padat berisi.


Cahaya Kilat dalam Membaca

Podcast kedua yang membuat saya menoleh akan cahayanya adalah milik mbak Anastasia Rinantouli atau mbak Riri.

 Di awal mbak Riri sudah menyampaikan bahwa ilmu ini penting, terutama bagi yang perlu banyak referensi berupa buku yang harus dibaca sebagai sumber untuk perkuliahan. Nah, pas dong buat saya. Anda juga kayaknya ya?

  

Sebelum memberikan tips speed reading atau membaca cepat, dalam podcastnya mbak Riri memberikan fakta bahwa ada beberapa penghambat yang

menurunkan kecepatan membaca seorang dewasa. Yaitu masih melekatnya kebiasaan ketika belajar membaca di waktu kecil. Seperti melafalkan kata demi kata dengan lantang, menggerakkan kepala mengikuti kalimat, dan menyusuri kalimat dengan jari telunjuk.


Tiga hal di atas ternyata terbawa hingga dewasa. Kita jadi sering melakukan sub vokalisasi. Yaitu melafalkan kata

di dalam batin. Kita jadi lebih memperhatikan apakah pelafalan kita sudah benar atau belum. Dibandingkan memahami ide dari apa

 yang sedang kita baca.

Sub vokalisasi tidak bisa dihindari, namun kita bisa melebarkan jangkauan mata. Sehingga sekali melihat mata bisa menangkap beberapa kata sekaligus. Karena membaca sebenarnya adalah upaya menangkap ide, bukan mengingat simbolisasi kata per kata dalam buku.


Hambatan kedua berupa kegemaran kita mengulang kalimat yang sudah dibaca. Mungkink kurang yakin atau menemukan kesalahan ketik. Ini pasti memakan waktu. Karenanya, kita harus percaya diri. Kita tidak perlu mengerti setiap kata atau kalimat. Terus saja membaca.

Ah, ternyata ini baru pembuka. Rasanya tak sabar ingin mendengar kelanjutan ilmu dr mbk Riri ini.


Sebab di akhir, beliau menyampaikan bahwa masih banyak teknik untuk membaca cepat. Terimakasih ilmu nya, Mbak. Ini sangat berguna untuk saya melakukan riset, mengumpulkan data market serta produk untuk memperkuat tulisan copy. 


Senang deh mendengarkan suara mbak Riri. Backsong nya dipasang pas di jeda pembicaraan. Kemudian pelafalan bahasa Inggris nya juga pas. Satu kekurangan podcast mbak Riri adalah kelebihan waktu dari standar yang diberikan Magika dan tim kunang-kunang. 


Cahaya yang Anti Skip

Podcast ketiga saya temukan di luar album literasi. Sebab saya memang meniatkan diri untuk mencari yang sesuai dengan peta belajar. Ketemulah podcast berjudul 'Iklan Anti Skip dengan Teknik Covert Selling' oleh mbak Henny Puji Chitranagari. Di dalamnya dijelaskan bahwa Ada tiga prinsip utama di dalam. Covert Selling. Yaitu tidak ada kalimat yang:

1. menawarkan sesuatu,

2.  mengajak membeli

3. Memerintahkan orang untuk membeli.

Karena kalimat yang mengandung unsur di atas, justru akan

menghilangkan rasa penasaran calon pembeli. Satu prinsip lagi, 

bahwa sebagian besar orang itu,  tidak suka iklan. Sedangkan ketiga kalimat di atas,

adalah kata-kata umumnya ada di setiap iklan.


Memang mau tidak mau podcast ini cocok


untuk ilmu copywriting. Bagaimana menjual tanpa nampak menjual. Jadi tepat jika saya menjatuhkan pilihan padanya. Sayangnya, podcast yang hanya satu menit ini sekedar pengantar. Beruntung ada deskripsi tertulis yang lebih banyak berbicara tentang topik yang ada dalam judul.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing