Teknologi sebagai Kawan Perempuan

 


Pandemi baru-baru ini mengukuhkan bahwa teknologi semakin menguasai dunia. Apa-apa serba digital, penggunaan teknologi ada dimana-mana. Semua serba mudah, semua jadi lebih cepat. Dari segala penjuru dunia dengan ringkas terhubung. Karena akses komunikasi yang tinggal pencet-pencet tombol. Walhasil bumi seolah terasa selebar telapak tangan! Tak ada lagi cerita, kerepotan menghubungi handai taulan. Tak jua jadi alasan, susah mendapat ilmu dan berita. Bermacam-macam sumber informasi bertebaran di ‘udara’.

 

Sebagai perempuan, teknologi mampu jadi solusi. Bahkan bagi yang menyandang gelar ibu rumahtangga, meski sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah, itu tidak jadi masalah. Asal bijak menggunakan, teknologi benar-benar bisa jadi kawan. Namun jika tak ahli mempertimbangkan, ibu bisa jadi korban.

 

Maka, ketika berkawan dengan teknologi, seorang perempuan terutama ibu dapat lebih mudah memenuhi kebutuhannya dalam bereksistensi dan berdinamika. Ibu juga bisa dengan gampang berkomunikasi. Lebih penting lagi adalah, ibu bisa mudah belajar. Berkat teknologi, semua bisa dipersingkat wakunya. Sehingga ibu tetap bisa menjalankan peran lainnya.

 

Karena teknologi, ibu bisa lebih kreatif. Mau mengolah masakan istimewa spesial untuk keluarga? Tenang, tinggal pencet, segala bentuk resep yahud terpampang. Ingin bermain dengan anak lebih asyik? Berbahagialah, Ibu! Sett...sett... sett... Gulir jempol, lalu unduhlah berbagai referensi berkegiatan bersama sang buah hati! Ingin 'me time' berkualitas? Perdalam 'passion' dengan belajar dari tayangan di kanal favorit ibu.

 


Maka dengan teknologi, menjadi ideal jika ibu terus  berkarya dan menebarkan manfaat lebih luas. Dari rumah untuk dunia. Teknologi jualah yang membantu. Ada banyak ragam caranya. Sebagai contoh yang paling mudah adalah memposting konten bermutu. Sehingga yang menyimak merasa mendulang energi positif darinya. 

 

Nah, itu jika ibu mau berteman dengan teknologi demi kiprah yang berarti. Di sisi lain, seorang ibu bisa jadi korban teknologi jika tak bisa bijak menyikapi. Istilahnya ibu telah jadi obyek teknologi. Masalah bermunculan secepat membuka halaman instagram. 


Salah satu contoh terkecil adalah terjadinya over dosis informasi. Pikiran jadi ruwet, bersikap jadi seret. Kemudian ada pula fakta bahwa bermedia sosial bisa mendatangkan dosa. Godaan umbar aib dan rahasia menjadi iming-iming agar lebih viral. Naudzubillaah.

 

www.helenamantra.com

Mager alias malas gerak jadi kerugian selanjutnya jika seorang ibu rumah tangga lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bermedia sosial. Atau hanya menyimak tayangan kurang bermutu dan mengesampingkan tugas utamanya sebagai pendidik anak dan manajer rumah. Rumah berantakan dianggap tak masalah, anak tak terurus dijadikan hal biasa. Tak hanya itu. Kaena terlalu banyak menatap layar, ibu berpotensi minim pergaulan di dunia nyata. Terakhir adalah godaan mudahnya berbelanja secara daring. Pengeluaran bisa membengkak dari anggaran, hutang bisa bermunculan di mana saja. Sekali lagi, naudzubillaah.

 

Maka, ibu harus bijak dan cerdas menggunakan teknologi. Buang jauh kerugian yang membayangi lalu raih manfaat sebesar-besarnya!

  • Kuasai teknologi dengan banyak belajar cara menggunakan. Jangan malu bertanya
  • Tentukan tujuan untuk apa ibu mendalami sebuah produk teknologi informasi digital. Tentukan pula topik ilmu utama yang sedang ingin diperdalam. Maka tsunami ilmu akan terhempaskan.
  • Jadilah kreatif  dan solutif. Sehingga tak mudah putus asa dan gampang menyerah ketika kenyataan tak sesuai harapan. Contohnya adalah piranti yang biasa saja, tak kan jadi masalah, asal kita bisa memaksimalkan manfaatnya. Sehingga ibu bisa semakin produktif dengan minim keluhan
  • Mengatur waktu dengan cermat. Pilih mana yang harus didahulukan dan mana yang lebih penting dilakukan. Berbagai peran bisa diatur jadwal eksekusinya sehingga ibu bisa nyaman melakukan baik kegiatan secara luring maupun daring
  • Berhati-hati dengan emosi. Pegang teguh prioritas, penuhi kebutuhan sebelum memuaskan keinginan. insyaaAllah dompet aman dari hutang. Juga, perhatikan konten yang ingin ibu tunjukkan. Semua  boleh ditampilkan, kecuali yang tidak boleh. Jaga harga diri dan keluarga sebaik-baiknya. Utamakan kebermanfaatan daripada sekedar nafsu ingin jadi terkenal
  • Ambil waktu jeda tanpa piranti teknologi. Jadilah sebenar-benarnya makhluk Allah yang hidup di bumi. Lakukan hobi atau bercakap-cakaplah dengan keluarga dan tetangga. Ambil sepeda dan kayuhlah! Pasang sepatu dan Berlarilah!
  • Gabung komunitas online dimana ibu akan bertemu dengan kawan-kawan sesama. Pilih komunitas yang PAS (membuat ibu semakin ((P))rodukif menghasilkan banyak hal bermanfaat, menjadkan ibu semakin ((A))syik dan bahagia menjalankan peran.Syarat terakhir adalah komunitas yang  memegang teguh adab  ((S))osialisasi, menjadikan ibu merasa aman kala berdinamika bersama). Daaan, Ibu profesional adalah salah satu komunitas untuk perempuan yang sesuai dengan ini. Tak percaya? Buktikan sendiri!

 


 

Menegaskan kembali kata bu Septi peni, founder komunitas ini, bahwa teknologi harus diakrabi. Karena teknologi bermanfaat untuk menstimulus struktur berfikir seorang wanita. Jadi ibu harus terus mau belajar supaya tahu, bagaimana teknologi bekerja untuk meningkatkan kebermanfaatnya. Jangan sampai seorang ibu hanya menjadi obyek teknologi, memperbanyak kerugian yang datang dalam dirinya. Jika ingin belajar tentang teknologi, ibu bisa bergabung di komunitas ibu profesional! Acara spesial terdekat akan membahas hal ini. Yaitu dalam Konferensi Ibu Pembaharu. Silakan mampir ke medsos untuk lebih lengkapnya. Kesemuanya demi peningkatan diri sebagai perempuan, agar berdampak lebih besar untuk sekitar.

 [dengan bangga menulis untuk ikut serta dalam Sayembara Catatan Perempuan 2021, tema Perempuan di Era Digital. Semoga Bermanfaat.]

Referensi: Instagram ibu Septi Peni Wulandari https://www.instagram.com/septi.peni/

 

 

 

                                                                                                                                    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing