Belajar dari Kesalahan


https://id.wikihow.com/Memasak-Nasi-dengan-Rice-Cooker

“Habiskan Semua!”

Dapat ilmu tentang parenting, ternyata tidak hanya dari seminar mahal. Hanya dengan ngikut Ustadzah Nunung ngisi ta’lim rutin bagi para siswa akhwat Jumat itu, aq dapat oleh-oleh tentang bagaimana menyikapi kesalahan yang dilakukan anak.

Waktu itu, ceramah ustadzah Nunung bertopik bagaimana jadi muslimah yang tangguh dan disayang Allah. Salah satu caranya adalah seorang perempuan itu harus bisa memasak. Ustadzah Nunung kemudian bercerita tentang pengalamannya saat masih usia sekolah dasar dulu. Waktu itu beliau disuruh bundanya menggoreng ikan. Cara memasukkan ikan kemudian menutup wajan udah dilakukan dengan benar. Namun, setelah itu, sembari menunggu si ikan matang, ustadzah Nunung bermain loncat tali.

Dan, hasilnya bisa ditebak. Saat sang bunda datang dari warung, Ustadzah Nunung ‘kehilangan’ ikan gorengnya! Yang ada hanya duri ikan menghitam! Sang bunda tidak marah. Beliau hanya bilang, “Mangkane yen nggoreng ikan ojo ditinggali”. Dari situ, ustadzah Nunung kecil menambah satu lagi pelajaran tentang menggoreng ikan.

Selang beberapa detik, seorang akhwat kecil di shaf belakang unjuk suara..
“Aku pernah us, waktu itu, aku mau menanak nasi di rice cooker. Aku nggak tahu, airnya aku beri sampai penuh. Jadinya, pas mateng, nasinya nggak ada. Adanya bubur! Terus mamaku marah-marah, aku disuruh ngehabisin semuanya! Aku sedih, us...”

Ustadzah Nunung dengan bijak menyikapi, “Gitu bilang sama mama, kak... bilang kalau kakak nggak tahu, terus minta ngajari biar tahu..”

Nah, itulah sekelumit kejadian yang bikin aku ketawa dalam hati, sekaligus menangkap satu hikmah dibalik sketsa dengan setting masjid Insan Kamil yang berada diatas bukit. Seandainya mama si akhwat kecil tadi berlaku seperti bundanya ustadzah Nunung, yang memaknai setiap kegagalan sebagai awal kesuksesan dan menghargai apapun yang dilakukan anak, si akhwat enerjik itu akan merasa lebih tertantang untuk memperbaiki ‘percobaannya’ lain waktu, dengan pertimbangan-pertimbangan yang tepat.

Dengan memberi hukuman, si anak jadi sedih dan merasa bahwa dialah orang gagal! Bisa saja dia tidak akan mau lagi melakukan ‘percobaan-percobaan’ selanjutnya, hanya karena dia tidak merasa percaya diri dan merasa bahwa orang tuanya sendiripun telah menganggapnya gagal.

Aq jadi inget saat menonton acara parenting di salah satu stasiun swasta (cara lain dapat ilmu parenting yang murah). Acara itu menyampaikan bahwa salah satu jalan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak adalah dengan menghargai setiap perbuatan anak, dan terus memotivasinya untuk selalu bangkit dan memperbaiki kesalahannya. Nah, semoga si akhwat tadi nggak kapok masak!

Sabtu, 14 Juni 2008

sumber: blog kenanganselaluriang.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing