Apel Jatuh nggak Jauh dari Pohonnya

Apel Jatuh nggak Jauh dari Pohonnya


Seorang ahli hypnotherapy untuk pendidikan anak-anak pernah mengatakan dalam sebuah pelatihan yang kuikuti. Bahwa anak-anak itu adalah telaga bening yang siap menerima cahaya-cahaya yang diberikan lingkungannya. Apalagi, anak-anak adalah imitator terbaik dalam masa hidup manusia.

Orang tua dan guru, sebagai ‘contoh’ bagaimana harusnya mereka mengarungi hidup, adalah salah satu orang-orang yang bertanggung jawab atas kondisi psikologis seorang anak. Apa yang dilakukan oleh mereka, secara sengaja maupun tidak, menjadi sebuah rekaman bagi anak-anak. Dan, tanpa sadar ataupun tidak, anak-anak kemudian akan melakukan hal yang sama seperti apa yang telah didapatkan, dirasakan, dilihat, dan didengarnya.

Emang susah jadi ‘orang tua’ di hadapan anak-anak, jika aku bisa menyimpulkan dari pelatihan waktu itu. Belum berhenti debar dadaku saat tahu bahwa APA YANG DIUCAPKAN ORANG TUA, BISA JADI DOA. Misalnya orang tua sering ngrasani anaknya.. “Anakku iku bandhel ra ketulungan!” Secara otomatis, gelombang otak dan nurani orang tua akan diterima oleh anak dengan hati mereka yang super bening, mengalir bersama darah mereka, mengisi tiap pori, hingga sampailah pada seorang komando, yang kemudian memerintahkan seluruh anggota tubuh untuk selalu bertindak bandel! Nah, berapa kali aku ngrasani murid-muridku, sambatan pada teman-temanku tentang tingkah polah mereka yang super duper hebat itu?

Dadaku kembali berdebar ketika mengetahui kenyataan bahwa apa yang dilakukan anak-anak, sebagian besar adalah cerminan dari orang-orang tua di sekitarnya. Jangan menyalahkan siapa-siapa dulu, jika seorang anak berlaku kurang tepat. Langsung berkacalah pada diri kita, apa yang pernah kita lakukan, hingga anak-anak menirunya. Sang trainer yang juga psikolog anak itu mencontohkan ketika anaknya mulai berani mengacungkan tinju. Bukan anaknya yang kemudian dia salahkan, atau lingkungan bermain si anak yang dia kambing hitamkan. Namun, langsung dia instropeksi dirinya. Apakah dia pernah mendaratkan tinju? Ternyata setelah mengalami proses pemikiran dan muhasabah yang panjang, hal itu benar!

Dan, sebuah bukti sungguh mencengangkanku! Dulu, ketika aku kebingungan dengan hobi para siswa akhwat yang kedelapannya cantik semua, yaitu ngambek-ngambekan, aku kebingungan cari sebabnya. Hingga aku menyimpulkan bahwa itu disebabkan oleh media (seperti yang kuposting dengan judul ‘khasiat hati tenang’). Ternyata, suatu hari, aku menyadarinya!

Saat itu, aku sungguh kesal dengan tingkah mereka yang masih mbulet aja saat dhuhur udah datang. Aku dieeeeem aja! Aku biarkan mereka larut dalam permainan mereka, hingga akhirnya mereka sadar dengan sikap diamku. Kontan mereka langsung bingung membentuk shaf. Entah angin darimana yang menggelitik nuraniku, sehingga aku menyimpulkan bahwa sikap ngambekku ini telah ditiru oleh para akhwat. Dan ternyata benar!

Kubuang segala egoku, dan kembali kugelar dialog, tentang mengapa aku diem aja! Para akhwat banyak yang bilang “Ustadzah ele’an! Masa kok diem ajaaa! Ngambek, ya...?” Astaghfirullah, ternyata benar! Akhirnya, aku mengurangi rasa ngambekku, hingga tragedi permen yang kuposting sampai berapa kali itu! Walhasil, alhamdulillah hingga sekarang, beberapa bulan setelah aku sadar, para akhwat selalu kompak dalam bermain dan belajar!

Nah, baru-baru ini, gantian gerombolan ikhwan yang bikin aku bingung! Mereka terlihat lebih kasar daripada sebelumnya! Sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit bertengkar. Sering satu sama lain berbicara dengan berteriak-teriak, da bumbu emosi terpercik disana-sini. Bahkan, seorang ikhwan yang dulunya khas dengan kelembutan hatinya, sekarang sensitif banget! Saat disenggol temannya aja, dia langsung marah-marah! Parahnya, yang nyenggol adalah anak yang berwatak asli keras! Jadilah adu mulut! Dan, para akhwat sekarang jadi bingung! “Us, si **** kok sekarang nakal ya, us?”

Beberapa cara, misalnya membudidayakan hadist dan cerita hikmah, atau menggunakan majas pertentangan misalnya ketika terlihat mereka mulai bertengkar aku langsung berkata “Nih kak, ada cutter.. Satu buat kakak, satu buat kakak... Yang seru ya, kalo bertengkar..”, namun hingga siang tadi, masih saja kelas gampang tersulut.

Dan, aku baru tersadar sekali lagi, setelah lama terpuruk dalam pencarian sebab dari pihak lain! Ya, akhir-akhir ini aku sering ngomong dengan nada tinggi (contohnya di postingan ’monster itu ternyata...’). Akhir-akhir ini pula aku mudah sekali tersulut emosi!

Itulah mungkin yang di tangkap oleh hati-hati jernih milik para jagoan di kelasku!
Duh Gusti, nyuwun pangapunten...
Sebenarnya capek juga harus teriak-teriak, harus mengeluarkan kata ’tidak boleh’ atau ’harus’...
Sebenarnya kasihan juga melihat wajah-wajah yang mengkeret atau tersentak ketika rentetan kata bernada tinggi dan keras mampir di gendang telinga mereka!

Weleh-weleh... Emang menantang, ya punya anak itu... Harus selalu mawas diri, periksa diri sendiri.. Jangan-jangan segala tingkah laku anak-anak yang kita anggap jelek, itu juga sebenarnya karena tingkah laku kita yang jelek juga! Misalnya ketika anak kita anggap ’aneh’ karena tidak pernah mau bilang terima kasih, ya jangan salahkan dia, jika kita sendiri berat untuk mengatakan itu! Atau ketika kita tahu bahwa si anak suka memukul temannya... Darimana dia tahu cara memukul jika dia tidak pernah melihat orang-orang yang dianggapnya contoh itu telah menunjukkan cara memukul dengan ’baik’.

Tapi, hal itu nggak bikin aku putus asa dan tak pengen punya anak! Dari kejadian di atas, aku jadi tahu kalo aku nggak boleh ngambekan dan marah-marah, jika ingin anakku tak ngambekan dan suka marah... Bukan begitu wahai pahlawan kesiangan, calon bapaknya anak-anakku? (Hahahaha... Ngomong sama apa, eh, siapa, us?)

Akhirul kata, mari, para orang dewasa di sekeliling ananda tercinta, untuk selalu mencari sebab pada diri kita atas permasalahan yang dihadapi ananda, sebelum kita mencari kesalahan di tempat lain! Ingat....

”Yang datangnya dari hati, akan diterima oleh hati”

Untuk murid-murid ABU BAKAR... Yuk, kita isi hari-hari terakhir kebersamaan kita dengan kelembutan hati dan kasih sayang.. Love you all!

Sabtu, 21 Juni 2008

sumber: blog kenangan selaluriang.blogspot.com

Komentar

  1. Semoga kita bisa menjadi contoh yang baik ya mbak...katanya 1 contoh lebih berarti ketimbang 1000 kata

    BalasHapus
  2. Kadang cermin yang terutama adalah dari anak-anak di sekeliling kita, ya. Semoga selalu waspada dan disayang anak-anak, ya.

    BalasHapus
  3. Benar ya, Mbak. Anak adalah peniru yang sangat ulung. Ia melihat mengamati dan melakukan.

    Semoga kita selalu dijauhkan dari perbuatan yang buruk yang dapat terlihat oleh anak anak kita. Aamiin

    BalasHapus
  4. Amiiin..semoga kita semua bisa istiqomah menjadi pribadi penuh kelembutan dan kasih sayang, terutama di lingkungan keluarga

    BalasHapus
  5. Aku sebagai seorang anak jdi mikir, org tua ku dlu gmn ya pas didik aku. Sampe aku bisa jdi org seperti sekarang. Xixixi

    BalasHapus
  6. Judul yang menarik dan isi yang sangat daging.

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih atas tanggapannya :)

Postingan populer dari blog ini

No Hoax dengan Copywriting yang Optimal

5 Langkah Kecil Mewujudkan Lingkungan Inklusif

Lebih Mudah dan Murah, Cobalah Healing by Writing